single destiny dan collective destiny

Hari ini piala eropa (euro cup) 2004 telah berakhir dan Yunani, dengan 11 dewanya tampil sebagai finalis sekaligus jawaranya. Dan hari ini juga di indonesia, di adakan pesta demokrasi pemilihan presiden untuk yang pertama kalinya. So apa seh yang menarik dari 2 kejadian ini? let's see...

Ada fenomena menarik yang terjadi pada piala euro kali ini. Team yunani yang di anggap sebagai team 'anak kemaren sore' a.k.a 'team gurem' a.k.a 'team kacangan' berhasil merebut posisi no 1 pada euro kali ini. Dan berhasil menumbangkan team-team papan atas seperti Prancis, czech Rep dan tentu saja, tuan rumah portugal. hebat sekali, bukan?

So, apa hubungannya dengan pilpres yang sekarang sedang di adakan di negeri seribu duka, indonesia tercinta ini?. Ada pertanyaan menggelitik di benakku saat mencoba menghubungkan 2 kejadian ini. yakni, mungkinkah fenomena 'team gurem' yang memenangkan kompetisi seperti yang terjadi pada piala eropa kali ini dapat juga terjadi pada pemilihan presiden kali ini? maksudnya dapatkah 'calon presiden kacangan' a.k.a 'capres yang tidak di unggulkan' memenangkan pemilihan presiden kali ini?

Setelah sedikit menggunakan cerebrum dan cerebellum kiriku, aku mengambil kesimpulan jawabannya adalah 'nyaris tidak mungkin!' kenapa? ada perbedaan mendasar yang menurutku yang menyebabkan ketidakmungkinan itu. Apakah itu? mari kita buat lebih menarik. Menurutku itu karena pada piala eropa, yang menentukan kemenangan dan kekalahan itu adalah 'a single destiny' sedangkan pada pilpres, yang menentukan kemenangan dan kekalahan adalah 'a collective destiny'(sotoy geneh ya gwe)

apaan seh maksud loe, cal?
jadi gini: pada piala eropa, kompetisi yang ada memungkinkan bagi team gurem untuk bisa menjuarai kompetisi karena yang menentukan kemenangan dan kekalahan itu adalah team itu sendiri(in the otherword single destiny), hanya mereka, dan hanya mereka yang berjuang menentukan untuk merebut tropy juara.(dengan mengesamping kan faktor 'x')

Sedangkan pada pemilihan presiden, yang menentukan kemenangan dan kekalahan itu bukan si team itu sendiri, tetapi orang lain (rakyat). Dengan kata lain kemenangan dan kekalahan itu merupakan sebuah 'collective destiny'. hee... makin bingung aja 'kan?

mmmmh... Duh gimana,ya ngejelasinnya? ginih deh : coba bayangin 2 kompetisi diatas dibalik, apa jadinya jika kompetisi piala eropa yang ada sekarang merupakan 'collective destiny' Tentunya team2 yang berkelas yang jadi jawara, tentu saja karena mereka yang lebih banyak pendukungnya, dan team anak kemaren sore mungkin tidak akan pernah bisa jadi jawara.Karena Pada collective destiny yang menentukan jadi seorang jawara or bukan, adalah orang lain (bukan 'single destiny' tapi 'collective' destiny). Sudah rada mengerti or tambah pusing?

Masih mau mengikuti ? Mari tambah ngaco lagi... Pada pilpres kali ini, mungkin banyak orang bersyukur karena untuk pertama kalinya indo melakukan pemilihan yang cukup demokrasi. Demokrasi karena orang sekarang secara langsung dan bebas dapat melakukan pemilihan. Tapi menurutku, disisi yang lain bentuk pemilihan presiden kali ini tidak cukup adil, jika di tinjau dari sudut pandang capres-nya. maksudnya?

Kalo kamu cukup memahami ulasan mengenai single destiny dan collective destiny yang aku sebutin awal2 mungkin kamu akan bisa menebak kenapa demokrasi tidak adil ditinjau dari sudut pandang capres. bisa nebak? belum? masih mau baca penjelasanya ngacoku?

ok, demokrasi tidak adil disini maksudnya bahwa Capres yang menurut pengamat dinyatakan sebagai capres kacangan a.k.a capres kemaren sore a.k.a capres gurem, tidak akan mempunyai kesempatan mendapatkan juara. Kenapa? karena no matter how hard theu try, they won't make it. Karena yang menentukan kemenangan dan kekalahan mereka adalah orang lain, bukan dia sendiri.Bandingkan dengan piala eropa... meskipun yunani tak pernah di pandang oleh para pakar sepakbola, toh dia yang menjadi jawara.Dia bisa berusaha semaksimal mungkin berjuang untuk dirinya sendiri. Laen dengan pilpres, seberapa hebatpun dia, seberapa cakap pun dia memimpin, seberapa berpotensi pun dia jadi seorang pemimpin, they won't make it if they have no follower. Itulah yang menurutku pilpres yang katanya demokrasi ini menjadi tidak adil dalam pandangan subyektif bin egoisku.

so, menurutmu, cal, yang adil tuh yang kayak gimana? mmhh... kalo menurutku kompetisi yang adil tuh ya yang kayak piala eropa.Sehingga kesempatan untuk menjadi jawara itu rata bagi tiap orang.Bikin kompetisi yang adil, biarkan mereka 'berantem' untuk memperebutkan kursi presiden. Mungkin keliatan kuno, tetapi itu menurutku lebih adil. Emang yang sekarang gimana, cal? yang sekarang aku melihat adalah capres yang pandai 'merias' dirinya saja yang memungkinkan menjadi jawara, bukan capres yang memang 'berpotensi' untuk jadi jawara

Bisa kasih contoh kompetisi yang adil menurutmu? any idea? gimana kalo diadakan beberapa kompetisi yang menguji potensi2 kepemimpinan seseorang sehingga dia memang layak menjadi jawara. Seperti apa? mmh... udah akh capek :p kalo kamu berminat kompetisi macam apa yang adil, ikuti aja terus postingan calakan mode on

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengekspos ketidaktahuan

banyak jalan menuju Blog.. bwahahaha!!!

untukmu...