menuju lebih baik kah?
Kemaren sore sempet chat dengan seorang sahabat dekat saya. Sahabat itu mengeluhkan tentang hubungannya dengan pacarnya. Sahabat itu ingin segera menjalin sebuah ikatan pernikahan dengan pacarnya itu, tapi disisi lainnya ternyata sang calon belum bersedia menjalin ikatan pernikahan dengannya dengan alasan mau melanjutkan sekolah terlebih dahulu(mo nerusin S2).
Saya kemudian menjadi heran dengan alasan tersebut, karena saya tahu klo dulu pas awal2 hubungan mereka, justru pasangannya itu yang ngebet buat nikah, tapi sahabat saya itu belum siap karena mereka masih sama2 kuliah s1. Dan sekarang, sahabat saya itu sudah lulus dan telah mempunyai pekerjaan, tetapi sekarang malah pacarnya yang ingin menunda terlebih dahulu pernikahan mereka.
Kemudian saya tanya lebih jauh kenapa si calonnya jadi berubah haluan seperti itu. Usut punya usut ternyata sahabatku ini ingin segera mempunya momongan segera setelah menikah. Karena alasan itu aku kemudian menjadi mengerti kenapa calonnya tidak mau segera menikah.
Terus saya tanya lagi, kenapa seh ingin cepat2 mempunyai momongan? dan dia memberikan jawaban yang cukup mengagetkan, jawaban yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Dia jawab : karena saya ingin mempunyai tanggung jawab lebih, saya ingin menjadi lebih baik dimasa depan, saya berharap dengan mempunyai momongan itu menjadi pemicu saya menjadi lebih baik.
Menjadi lebih baik kah? Kenapa harus mencari dorongan dari luar kita ketika kita ingin menjadi lebih baik? Menurut saya untuk menjadi lebih baik kita harus mencari dorongan dalam diri kita sendiri(tanpa melibatkan faktor luar diri kita)dan hal itu menurut saya lebih kuat dan lebih permanen sifatnya.
Entahlah, setidaknya itu yang saya percayai. Tapi ada satu kelemahan dalam hal ini, bukan kelemahan seh mungkin tapi efek jelek dari prinsip yang saya percayai ini. Yakni timbulnya sifat egois dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain.Timbulnya sifat tidak bisa mempercayai orang, dan lebih percaya dengan diri sendiri.
Mungkin saya sudah sering dikhianati orang hingga saya kurang bisa mempercayai orang lain lagi, mungkin saya sudah capek menggantungkan motivasi saya pada sesuatu hal di luar saya dan kemudian saya mendapati bahwa motivasi dari luar itu tidak cukup mampu untuk membuat saya lebih baik karena itu saya kemudian tidak percaya lagi hal2 diluar saya mampu memotivasi saya, membuat saya berubah.Entahlah...
Saya kemudian menjadi heran dengan alasan tersebut, karena saya tahu klo dulu pas awal2 hubungan mereka, justru pasangannya itu yang ngebet buat nikah, tapi sahabat saya itu belum siap karena mereka masih sama2 kuliah s1. Dan sekarang, sahabat saya itu sudah lulus dan telah mempunyai pekerjaan, tetapi sekarang malah pacarnya yang ingin menunda terlebih dahulu pernikahan mereka.
Kemudian saya tanya lebih jauh kenapa si calonnya jadi berubah haluan seperti itu. Usut punya usut ternyata sahabatku ini ingin segera mempunya momongan segera setelah menikah. Karena alasan itu aku kemudian menjadi mengerti kenapa calonnya tidak mau segera menikah.
Terus saya tanya lagi, kenapa seh ingin cepat2 mempunyai momongan? dan dia memberikan jawaban yang cukup mengagetkan, jawaban yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Dia jawab : karena saya ingin mempunyai tanggung jawab lebih, saya ingin menjadi lebih baik dimasa depan, saya berharap dengan mempunyai momongan itu menjadi pemicu saya menjadi lebih baik.
Menjadi lebih baik kah? Kenapa harus mencari dorongan dari luar kita ketika kita ingin menjadi lebih baik? Menurut saya untuk menjadi lebih baik kita harus mencari dorongan dalam diri kita sendiri(tanpa melibatkan faktor luar diri kita)dan hal itu menurut saya lebih kuat dan lebih permanen sifatnya.
Entahlah, setidaknya itu yang saya percayai. Tapi ada satu kelemahan dalam hal ini, bukan kelemahan seh mungkin tapi efek jelek dari prinsip yang saya percayai ini. Yakni timbulnya sifat egois dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain.Timbulnya sifat tidak bisa mempercayai orang, dan lebih percaya dengan diri sendiri.
Mungkin saya sudah sering dikhianati orang hingga saya kurang bisa mempercayai orang lain lagi, mungkin saya sudah capek menggantungkan motivasi saya pada sesuatu hal di luar saya dan kemudian saya mendapati bahwa motivasi dari luar itu tidak cukup mampu untuk membuat saya lebih baik karena itu saya kemudian tidak percaya lagi hal2 diluar saya mampu memotivasi saya, membuat saya berubah.Entahlah...
Komentar