Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

penebar kebaikan

seminggu yang lalu, kira-kira saya dan keluarga (anak dan istri) pergi belanja ke pasar tradisional. ada kejadian yang menarik pada waktu itu, secara tidak sengaja saya memperhatikan seorang pria separuh baya (maksudnya usia diatas 50 tahun-an) yang sedang menggenggam uang 5 ribuan. kebetulan, posisinya didepan saya. sebelumnya perlu diketahui, pasar tradisional itu menempati area sebuah gank yang dijadikan sebagai pasar. jadi bentuknya memanjang. pintu masuk pasar ada di sebelah utara, dan rumah saya berada di daerah utara sehingga saya selalu masuk ke pasar melalui pintu utara. sudah menjadi kebiasaan saya, memulai belanja dari tukang tahu yang posisinya di tengah-tengah. kemudian menyusuri kembali ke arah pintu masuk (keluar). dengan cara tersebut saya tidak dibebani oleh barang belanjaan saya. kembali ke sosok misterius pria pembawa urang 5 ribuan. ketika saya menuju tukang tahu yang posisinya ditengah tersebut, saya berjalan dibelakang si pria. dan selama saya dibelakang be...

tentang kematian

sebenarnya, saya suka takut kalau mau nulis tentang kematian. banyak kisah/cerita (biasanya) kalau orang sudah nulis yang kayak gini teh pada akhirnya jadi berita pelaku utama yang mengalami mati. padahal kalau dipikir-pikir mah ditulis atau tidak, yang namanya maut mah selalu mengincar. dan pada akhirnya kita hanya menunggu giliran saja. pagi tadi, di gang yang sama dengan rumah saya ada yang meninggal. saya tidak ikut bertazkiah, selain tidak tahu "howto" nya bertazkiah, saya juga diburu-buru untuk segera mengantar istri pergi kerja. sebenarnya saya ingin bertazkiah hanya saja saya tidak tahu "howto"nya, tidak pandai berbasa-basi dan lain sebagainya. akhirnya itu hanya jadi alasan atas kemalasan saya saja. padahal suatu saat nanti saya juga akan meninggal, dan dikuburkan. dan tentu saja, saya tidak akan bisa memandikan, mengkafani, mengshalatkan, mengantarkan ke kubur, menggali kubur sendiri... mudah2an Allah memaafkan segala kesalahan saya. dan Allah menyayangi...

Jangan Pernah Buat Sate Sendiri!

alhamdulillah, iedul adha kali ini ikut kurban di mesjid perumnas. jatah daging sapi yang didapat untuk pequrban sebesar 4kg, setelah dibagi dua dengan ortu, saya pun berniat untuk membuat sate. segera saya meluncur ke sebuah supermarket untuk membeli pembakaran yang beberapa hari sebelumnya saya melihat ada promo panggangan merk perusahaan asal indonesia dari surabaya yang harganya lumayan... sekitar 230-ribuan. sesampainya di supermarket itu saya kecewa karena produknya sudah tidak ada... alhasil saya memutuskan untuk menggunakan pangganan/pembakaran sate lama, jadi rencana pembelian panggangan baru gagal. selain untuk membeli pemanggang sate, saya juga berniat untuk membeli arang dan tusuknya plus pelunak daging. pilihan pertama jatuh pada daun pepaya, tetapi setelah dicari-cari tidak ketemu akhirnya pilihan jatuh pada nanas. singkat cerita semua bahan sudah lengkap. mulai dari : pemanggang, arang, tusuk sate, & pelembut daging (nanas). proses motong-memotong daging seukuran...

antara keimanan dan kemusyrikan, beda 5cm doank

Gambar
Hari ini, disebuah media online terkenal berita keimanan dan kemusyrikan hanya berbeda beberapa centimeter saja... diatasnya membahas mengenai adab-adab di tanah suci, sedangkan tepat dibawahnya ajakan untuk membaca ramalan zodiak.. yare-yare.... mungkin inilah fenomena akhir zaman...

tahun kemarau basah

membaca kembali postingan-postingan jaman dulu, kadang ada perasaan lucu, malu, narsis. dan  pertanyaan standard pada diri sendiri yang sering muncul adalah  "kok bisa,ya saya nulis seperti itu?". kadang muncul juga rasa ingin menghapus postingan-postingan yang memalukan seperti postingan-postingan mengenai patah hati, putus asa, postingan kekanak2an... tapi... pada akhirnya saya memilih untuk mendiamkan saja, biarkan itu menjadi kenangan, untuk nanti suatu saat saya tengok-tengok kembali, baca-baca kembali, untuk bercermin bahwa saya pernah menjadi seorang seperti itu. alih-alih menyangkal bahwa saya pernah "seperti itu" (padahal sudah jelas bukti otentik tersebar di tumpukan belantara internet tak bertuan ini), saya memilih untuk menerima diri saya yang dulu. menerima saya yang dulu  berarti menerima diri saya yang sekarang karena bagaimanapun juga diri saya yang sekarang adalah hasil dari diri saya yang dulu. bagian yang jeleknya cukup disesali dan tidak pe...